Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Heboh Sajadah Dijadikan Ganjal Menari

Banyak sekali alasan faktor kebetulan sepanjang 2015 dan awal 2016, contohnya Quran yang dinyanyikan dengan langgam Jawa di Istana Presiden, adzan mengiringi lagu gereja dalam Acara Natal Nasional 2015 yang dihadiri Presiden Jokowi dan Menag Lukman, Quran dibentuk untuk materi terompet tahun baru; dan kini sajadah shalat buat bantalan menari

Terkait ketidakpuasan atas alasan spesialuntuk alasannya yakni faktor kebetulan, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) meminta Kementerian Agama (Kemenag) untuk melaksanakan pemeriksaan kasus penerapan sajadah sebagai bantalan menari. Kemenag pun harus menunjukan secara terbuka kepada publik alasan penerapan sajadh tersebut.
"Kenapa harus karpet shalat yang jelas-jelas visualnya untuk ibadah, apakah ini benar faktor kebetulan?," ujar Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Mguager Nasution, Selasa (5/1).

Menurut dia, argumen faktor kebetulan ibarat disampaikan pihak Kanwil Kemenag DKI Jakarta agaknya susah diterima nalar sehat publik, apalagi pada program sekaliber HUT di Kemenag DKI Jakarta. Komnas HAM pun meminta Menteri Agama menunjukan secara terbuka ke publik. 

"Apalagi aneka macam faktor kebetulan sepanjang 2015 dan awal 2016, contohnya Quran yang dinyanyikan dengan langgam Jawa di Istana Presiden, adzan mengiringi lagu gereja dalam Acara Natal Nasional 2015 yang dihadiri Presiden Jokowi dan Menag Lukman, Quran dibentuk untuk materi terompet tahun baru; dan kini sajadah shalat buat bantalan menari," tutur Nasution. 

Nasution  mengatakan Menteri Agama dan Kakanwil Kemenag DKI Jakarta tentu paham betul bahwa salah satu substansi HAM yang paling elementer itu yakni respek, menyelami dan menghormati perasaan serta simbol-simbol doktrin dan identitas kultural publik. "Bangsa ini mulai defisit respek," kata dia.

Untuk itu, publik tentu mengapresiasi Menteri Agama dan Kakanwil Kemenag DKI Jakarta yang sudah minta maaf. Di samping itu publik juga tentu berharap Menteri Agama menginvestigasi kasus tersebut secara tuntas dan memdiberi punishment kepada yang bertanggung jawaban. Yang terpenting menjamin tidak akan terulang kasus-kasus ibarat itu di masa menhadir.


Aksi menari yang dilakukan di atas sajadah (alas salat) dalam rangkaian peringatan Hari Amal Bhakti (HAB) ke-70 di Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) DKI Jakarta menuai Koreksi. Tak mau polemik berkembang lebar, panitia penyelenggara dari Kanwil Kemenag DKI Jakarta segera memberikan seruan maafnya.

Kepala Kanwil Kemenag DKI Jakarta Abdurrahman, menunjukan tarian yang dilakukan di atas sajadah itu ialah kelalaian panitia penyelenggara acara. Dia menyampaikan tidak ada unsur kesengajaan dalam insiden tersebut.

"Untuk itu kami memohon maaf kepada tiruana pihak atas kelalaian ini," kata Abdurrahman, Senin, 4 Januari 2016.

Abdurrahman menerangkan, insiden itu bermula dikala panitia lupa melipat karpet yang dipakai usai pementasan 175 siswa madrasah yang menari Tari Saman. Belum sempat digulung, karpet ibarat sajadah itu lalu dipakai sebagai 'alas' tarian Bali.


Abdurrahman menyampaikan kalau karpet yang dipakai itu bukanlah karpet yang biasa dipakai untuk salat. Karpet di Aula tersebut, menurutnya, ialah karpet yang biasa dipakai untuk kegiatan sosial di Kanwil DKI Jakarta.

https://duniainformasisemasa329.blogspot.com//search?q=




= Baca Juga =



Posting Komentar untuk "Heboh Sajadah Dijadikan Ganjal Menari"