Download Gratis Referensi Format Pembagian Raport Semester I
Pekan ini ialah pekan diadakannya UAS bagi siswa sekolah dasar. Paling tidak, saya mengetahui ada 2 sekolah dasar swasta di Sidoarjo yang telah melaksanakan UAS 1 semenjak hari Senin lalu. Dan biasanya berlangsung selama sepekan, yang artinya, berakhir hari ini (untuk sekolah full day dengan 6 hari sekolah). Setelah UAS, selama 2 pekan, umumnya para guru sibuk dengan pengolahan nilai. Memasukkan nilai harian, nilai ulangan, hingga menganalisis soal, sebelum lembar soal (atau lembar jawaban) dikembalikan kepada siswa.
Saat-saat ibarat inilah para guru berada dalam tingkat stres yang tinggi. Terutama para wali kelas. Saya sanggup merasakan, alasannya ialah saya pernah beberapa kali menjadi wali kelas. Pun dulu mama saya ialah seorang wali kelas pada SMP Negeri di Sidoarjo. Saat itu, almarhumah mama sering meminta pinjaman saya untuk mengisi raport. Bukan untuk menuliskan nilai pada raport, tapi mama meminta saya untuk menghitung kembali nilai-nilai yang sudah masuk. Mama kasihan jikalau ada nilai yang “mbleset” meski sedikit. Maklumlah, jaman itu menghitungnya masih manual, pakai kalkulator. Belum ibarat kini yang semuanya sanggup dengan gampang dilakukan oleh Excel (misalnya), apalagi telah diberi rumus yang memudahkan para guru menuliskan data yang sempurna di raport para siswanya.
Pengalaman pertama kali menjadi seorang Wali Kelas ialah pengalaman yang tak pernah terlupakan. Berdiri di hadapan para wali murid dengan aneka macam tingkat sosial (umumnya lebih tinggi) dan aneka macam jenjang pendidikan plus jabatan, menciptakan tubuh saya adem panas selama beberapa hari. Apa yang harus saya sampaikan pada mereka ya? Begitu pikiran saya. Kalau untuk masing-masing anak, saya mengetahui persis yang mana saja yang perlu “penanganan lebih”. Tapi apa yang saya sampaikan di depan kelas ketika semua hadir?
Maka inilah hasil diskusi saya dengan salah seorang senior di sekolah terkait dengan itu. Saya menuliskannya dibawah ini (saya ialah guru/wali kelas I) :
Keadaan umum di kelas.
Menyampaikan kondisi kelas pada umumnya. Apakah kelas sudah sanggup tertib atau tidak. Misalnya, soal menata sepatu. Di sekolah saya, sebelum masuk kelas, semua siswa diminta untuk melepaskan sepatu dan meletakkannya di rak. Walau pembelajaran sudah berjalan 1 semester, tapi tetap saja bawah umur masih harus diingatkan. Nah, dibutuhkan dengan memberikan ini kepada para orang tua, menciptakan mereka juga memperhatikan soal penataan sepatu di rumah, minimal dengan tidak meletakkan sepatu secara sembarangan.
Atau terkait soal ibadah. Misalnya dengan menciptakan prosentase siswa yang telah sanggup melaksanakan sholat 5 waktu. Bukan untuk membandingkan satu siswa dengan siswa lainnya, tapi untuk memotivasi para orang renta untuk lebih memperhatikan sholat 5 waktu anaknya. Dengan ini dibutuhkan para orang renta sanggup share pengalaman dengan orang renta lain bagaimana memotivasi putra putri mereka. Sebab, sekolah juga mengharapkan kerjasama orang renta terkait sholat 5 waktu ini.
Atau sanggup juga terkait dengan toilet training. Sebab persoalan yang jamak terjadi di kelas kecil ialah soal ini. Dan ini sanggup diperluas dengan menjabarkan bagaimana kita (sebagai guru) mengajarkan siswa-siswi bersuci. Misalnya, mengguyur lantai yang terkena BAK sebanyak sekian kali. Dan sebagainya.
Menyampaikan norma yang berlaku di kelas.
Norma yang berlaku di kelas misalnya; makan dan minum dengan tangan kanan, tidak makan sambil bangun apalagi berlari, tidak makan sambil berbicara, tidak mengolok sesama teman, mengangkat tangan ketika bertanya, berbicara sehabis dipersilahkan, berbicara dengan volume maksimal 5 (ini istilah yang digunakan di sekolah saya) ketika di kelas, dan sebagainya.
Menyampaikan prestasi kelas.
Setiap kelas niscaya mempunyai keunikan tersendiri. Dan kiprah wali kelaslah untuk mengelolanya dan menjadikan itu sebagai point lebih dari kelas tersebut. Misalnya, kelas tersebut paling gemar membaca di perpustakaan, paling cepat dalam menuntaskan kiprah yang diberikan, paling tinggi solidaritas sesama temannya, atau gres mendapat juara ketiga lomba tahfidzul qur’an, misalnya. Hal ini akan menciptakan para orang renta gembira terhadap anaknya. Dan di rumah, dibutuhkan orang renta memperlihatkan apresiasi yang sewajarnya atas prestasi bawah umur mereka.
Ucapan terima kasih dan permohonan maaf.
Yang terakhir, ialah ucapan terima kasih atas kolaborasi orang renta dengan para guru di sekolah. Utamanya dalam mengisi buku penghubung serta menuliskan keadaan yang bekerjsama dari bawah umur mereka di rumah. Permohonan maaf juga perlu disampaikan alasannya ialah mungkin selama 1 semester ini ada komunikasi yang tidak baik yang terjadi antara orang renta dengan guru di sekolah. Sehingga terjadi miscommunication yang mengakibatkan evaluasi yang berbeda di masing-masing pihak. Meminta maaf juga akan mencairkan suasana dan menghangatkan hubungan orang renta dan guru. Yang terasa ialah hilangnya gap diantara keduanya. Hingga keduanya merasa saling membutuhkan dan rasa tanggung jawab yang tinggi dengan kiprah dan tugasnya masing-masing.
Nah. Mungkin ini yang sanggup saya bagi malam ini. Semoga Wali Kelas gres yang resah dengan apa saja yang harus disampaikan di muka kelas nanti, sedikit mempunyai gambaran. Dan satu hal yang yang ingin saya sampaikan pada para wali kelas ialah cintailah kelas Anda, ibarat Anda menyayangi diri Anda sendiri. Jangan setengah-setengah ya… Sebab, setengah tambah setengah tidak akan menjadi satu (dalam hal ini).
Inilah salah satu ungkapan yang di sanggup dari sumber : lailatulqadr.wordpress.com
Inilah Contoh Format Pembagian Raport Semester I.
Untuk Ibu dan Bapak Guru Wali Kelas yang belum punya silahkan unduh pada link di bawah ini.
Download Gratis Contoh Format Pembagian Raport Semester I
Demikian yang sanggup Library Guru bagikan kali ini.
Semoga bermanfaat. amin
Menjadi gurru merupakan suatu panggilan jiwa.
Posting Komentar untuk "Download Gratis Referensi Format Pembagian Raport Semester I"